Sepintas lalu, tempat petarangan tak terpikir oleh mania untuk memberikan yang terbaik. Padahal, telur ini sangat penting sebagai pengganti yang tua (regenerasi). Sebab, jika salah dalam menempatkan, maka goncangan telur akan terjadi. Akibatnya, telur yang diharapkan bisa menetas dan menghasilkan piyikan musnah dari harapan.

Dalam hal ini, untuk memberikan petarangan harus lebih sempurna, sehingga kondisi telur yang ada bisa lebih baik dan tak goyang, meski ada benturan dari sang induk (yang mengerami). Apa yang harus digunakan, sehingga telur tidak tergoncang (naik turunnya indukan dari petarangan), sehingga kondisi telur tetap terjaga dengan baik dan bisa menetas?

Menurut beberapa sumber yang dihubungi, biasanya mania menggunakan petarangan yang menggunakan bahan rotan atau bambu. Selanjutnya pada alasnya diberi daun cemara yang kering. Namun kelemahan dari bahan ini, yakni kotoran yang ada di dalam tidak cepat dihilangkan. Pasti akan menumpuk dan akan menjadi bahan penyakit yang siap menghantam piyikan ketika sudah menetas atau umur dibawah dua bulan.

Tempat yang lebih baik adalah tempat dari bahan plastik. Diatasnya diberi karpet, sehingga telur tidak lagi goyang. Jika goyang tidak terlalu besar goncangannya. Begitu juga mudah dibersihkan. Sebab alas karpet mudah dicuci. Selanjutnya setelah dijemur kering, lalu dipasang kembali.

Disini, bibit penyakit hilang dari tempat angkreman. Ketika piyik lahir, maka kesehatan piyikan tetap terjaga dengan baik. Cara seperti ini lebih baik dijalankan, demi kelancaran kesehatan pembalap, serta regenerasi pembalap bisa terjaga.

 

Sumber: www.beritamerpati.com