“Kepada merpatilah kami harus menggantungkan harapan ketika semua metode lain sudah tidak dapat diandalkan. Kami bisa mengandalkan telepon, telegraf, sinyal bendera, atau anjing sebagai media pendukung tentara Inggris di masa-masa tenang. Tapi ketika peperangan membabi buta terjadi dimana serangan artileri serta tembakan senjata otomatis membombardir ditambah serangan gas beracun dan bom, disitulah merpati dapat diandalkan. Ketika para prajurit tersesat di jalan yang membingungkan atau lokasi yang tidak dikenal, kami benar-benar harus bergantung kepada merpati untuk berkomunikasi. Metode biasa dalam beberapa kasus menjadi tidak berguna dan dalam keadaan demikian kami amat bergantung kepada pembawa pesan. Kepada merpatilah kami menitipkan pesan-pesan tersebut. Saya sangat senang berkata bahwa merpati tidak pernah mengecewakan kami”. Itulah testimoni yang disampaikan oleh Mayor Jenderal Fowler, Kepala Departemen Komunikasi dan Persinyalan Tentara Inggris, yang menggambarkan betapa pentingnya peran merpati dalam medan perang.

Sejarah merekam bahwa merpati pertama kali digunakan untuk mengirim pesan dalam peperangan di kota Sumeria, Mesopotamia Selatan di tahun 2500 SM. Penguasa kota melepas dua ekor merpati untuk membawa berita pembebasan kota dari tetangga musuhnya. Kemudian di tahun 53 SM tercatat bahwa komandan perang bernama Hannibal menggunakan merpati untuk membawa laporan resmi dalam peperangan Modena melawan Roma. Julius Caesar juga dipercaya menggunakan merpati untuk membawa pesan dalam peperangan Gaul dari tahun 58 sampai 51 SM. Merpati juga memainkan peran penting dalam peristiwa pengepungan Paris di tahun 1870-1871 ketika mereka diselundupkan dari kota menggunakan balon-balon kemudian digunakan untuk mengirim pesan ke kota-kota di seluruh Perancis. Tetapi jasa kepahlawanan para merpati yang paling diingat adalah pada masa Perang Dunia I dan II. 

Balon pertama berisi merpati merpati
yang diselundupkan keluar Paris pada 1870
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

Merpati digunakan secara menyeluruh pada masa Perang Dunia I dan berlanjut di Masa Perang Dunia II dimana perannya agak berkurang, tergantikan kemajuan dalam teknologi dan komunikasi. Peran merpati secara umum digunakan untuk membawa pesan dan kemampuannya di Divisi Intelijen tidak bisa diremehkan. Merpati digunakan untuk mempertahankan kontak dengan tentara militan di seluruh Eropa, sering terbang melintasi daerah teritori musuh dimana peluang untuk mengirim pesan ini jauh melebihi penggunaan sebuah pesawat terbang atau kendaraan lain. Tapi, hujan tembakan mesin, tembakan dengan senapan, racun gas, serangan predator, cuaca berbahaya menyebabkan hanya kurang dari 10% yang pernah kembali.

Tahun 1915 dimana awal Perang Dunia I terjadi, dua Korps Merpati diluncurkan di Pertempuran Barat yang terdiri dari 15 unit yang masing-masing beranggotakan 4 ekor merpati dan seorang tentara pawang. Korps Merpati sangat sukses sehingga di akhir Perang Dunia I Korps Merpati memiliki tentara pawang sejumlah 400 orang, merpati sejumlah 22000 ekor dan 150 mobil kandang. Metode yang digunakan saat mengirim pesan yaitu pesan yang akan dikirim dimasukkan ke sebuah tabung metal kecil yang tersemat di kaki burung kemudian burung akan terbang kembali ke kandang yang terletak di belakang barisan pasukan sekutu. Saat sampai burung akan menggoyangkan kabel yang terhubung dengan lonceng yang seketika akan berbunyi dan menandakan bahwa seekor burung pembawa pesan telah mendarat. Mobil kandang digunakan agar merpati dan pawangnya dapat dengan mudah berpindah tempat selama peperangan sambil mengirim pesan perpindahan tempat ke pos-pos komandan. Kandang merpati juga ditempatkan di daratan utama di Perang Dunia I dimana tiap pangkalan udara di sepanjang semenanjung timur Inggris memiliki kandang sendiri sehingga merpati bisa dilepas bersama pesan saat serangan terjadi.

Mobil kandang merpati pada PD I

Mobil kandang merpati pada PD I
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org 

Merpati yang sedang dipindahkan pada PD I
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

Merpati mampu terbang dengan kecepatan yang luar biasa, lebih dari 125 km/jam. Komunikasi menggunakan merpati lebih cepat dan dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem telegraf standar dalam Perang Dunia I. Angkatan Bersenjata Belgia dan Perancis menggunakan merpati secara besar-besaran selama Perang Dunia I dengan estimasi bahwa merpati yang kehilangan nyawa saat pertempuran adalah sebanyak 21.000 ekor. Burung merpati milik Inggris sendiri yang hilang saat Perang Dunia I estimasinya bervariasi, tapi setidaknya 100.000 burung diperkirakan telah kehilangan nyawanya di peperangan.

Tentara pawang merpati milik Perancis pada PD I
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

Banyak merpati yang dianugerahi penghargaan atas keberanian dan kepahlawanannya. Salah satunya adalah merpati bernama ‘Red Cock' yang dianugerahi medali Dickin atas keberaniannya. Nilai medali ini setara dengan Victoria Cross, yaitu medali penghargaan tertinggi dan terprestisius di Inggris. Medali Victoria Cross diberikan kepada Tentara Bersenjata Inggris atas keberanian dalam perlawanan terhadap musuh. Red Cock dilepaskan di atas kapal torpedo yang akan tenggelam dan kembali ke kandangnya dengan pesan yang bertuliskan titik lokasi kapal tersebut. Hasilnya, kru kapal dapat diselamatkan, walaupun kapten kapal yang melepas sang burung meninggal akibat terluka. Sang kapten dianugerahi penghargaan anumerta Victoria Cross. Medali Dickin sendiri dianugerahkan kepada hewan-hewan hebat yang memiliki keberanian saat terlibat dalam peperangan dan dari semua hewan yang dianugerahi penghargaan ini, merpati adalah hewan yang paling banyak mendapatkannya. Dari 55 medali yang telah dianugerahkan hingga saat ini, merpati mendapatkan sebanyak 33 medali.

Medali Dickin
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

Mungkin penerima penghargaan atas keberanian yang paling terkenal saat Perang Dunia I adalah merpati pos betina Inggris bernama ‘Cher Ami’ yang didonasikan oleh pemelihara merpati Inggris kepada Divisi Persinyalan Tentara Amerika dan dilatih oleh tentara pawang Amerika bernama Enoch Clifford Swain. Pada 3 Oktober 1918, Amerika melakukan serangan ke Hutan Arragone yang diduduki Jerman dengan mengirim 500 orang lebih dari batalion 77 infantri dengan support dari pasukan Perancis di posisi kiri dan dua unit pasukan Amerika di posisi kanan. Tapi tanpa sepengetahuan batalion 77 infantri, kedua pasukan support telah terhenti di tengah jalan dan mereka melaju terlalu jauh di depan dan akhirnya terkepung oleh tentara Jerman. Mereka telah terjebak dekat Argonne di Timur Laut Perancis tanpa makanan dan amunisi. Pasukan tersebut juga dibombardir oleh tembakan salah sasaran (Tembakan yang ditujukan kepada tentara sekutu sendiri, tentara netral atau warga sipil yang telah salah dikenali sebagai tentara musuh). Dalam kurun waktu 24 jam dalam posisi terjebak, lebih dari 300 orang telah hilang (meninggal, tersesat atau tertangkap pasukan Jerman) dan tanpa adanya opsi lain akhirnya sang komandan yang bernama Mayor Charles Whittlesey menulis sebuah pesan “Banyak yang terluka, kami tidak bisa keluar” dan menyematkan pesan tersebut kepada seekor merpati pembawa pesan. Burung tersebut segera ditembak mati oleh tentara Jerman. Burung kedua dilepaskan dengan pesan yang bertuliskan “Kami menderita di sini, bisakah mengirimkan bantuan?”. Burung kedua juga ditembak mati. Akhirnya burung terakhir yang digunakan, Cher Ami dititipkan pesan berbunyi, “Kami di posisi sepanjang jalan parallel dengan 276:4 (Posisi koordinat). Artileri kami sendiri menembaki kami. Demi Tuhan, tolong hentikan!”. Cher Ami langsung tertembak di dada oleh tentara musuh dan jatuh ke tanah tapi mampu kembali terbang. Cher Ami kemudian terbang sejauh 25 mil (40 km lebih) kembali ke kandangnya di Markas Pusat Divisi melewati terjangan tembakan dan terbang selama 25 menit. Hasilnya, 194 tentara dari Divisi Infanteri 77 berhasil diselamatkan. Cher Ami telah berhasil mengirim pesan walaupun kondisinya sangat parah, dimana ia tertembak di bagian dada, terluka di salah satu matanya hingga buta, bersimbah darah dan satu kakinya hampir putus dengan hanya satu otot yang masih tersambung. Ia menjadi seekor burung pahlawan bagi Divisi Infanteri 77 dan pihak medis berhasil menyelamatkan nyawanya dan mengganti kakinya dengan kaki kayu.

Cher Ami
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

 Ketika Cher Ami telah cukup pulih untuk terbang, ia dikirim kembali ke Amerika dan ia dijadikan maskot Departemen Pelayanan Tentara Amerika. Ia juga dianugerahi medali Croix de Guerre (Medali penghargaan tentara Perancis yang diberikan kepada tentara Perancis dan sekutu atas keberanian luar biasa di Perang Dunia I) dengan Oak Leaf Cluster (Pin perunggu penghargaan dari Departemen Pertahanan Amerika) atas jasanya mengirimkan 12 pesan penting di Verdun, kota di Timur Laut Perancis. Cher Ami akhirnya mati pada 13 Juni 1919 di Fort Monmouth, New Jersey, Amerika karena luka yang dideritanya dari peperangan dan pada 1931 jasadnya yang telah diawetkan diinstal di Racing Pigeon Hall of Fame, Amerika. Ia juga dianugerahi medali emas dari organisasi American Racing Pigeon Fanciers atas jasa luar biasa di Perang Dunia I. Pada tahun 2019 ia dianugerahi Animals in War & Peace Medal of Bravery (Medali penghargaan Hewan yang tergabung di pasukan Tentara Amerika atas keberanian di medan perang atau misi perdamaian yang setara dengan Medali Dickin di Inggris).

Pada Perang Dunia II, merpati masih digunakan di seentaro Eropa hingga sejauh Burma dan India. Tentara Amerika dan Australia juga menggunakan merpati dimana-mana dan memiliki unit merpati tersendiri yang beroperasi di banyak negara. Kru bomber sekutu juga biasanya membawa sepasang merpati yang digunakan ketika pesawat tertembak jatuh dimana kedua merpati tersebut dapat dilepas dengan membawa detil tempat jatuhnya pesawat. Komunikasi nirkabel tidak bisa digunakan, jadi pesan dengan petunjuk posisi kru yang selamat adalah satu-satunya harapan untuk penyelamatan. Satu contohnya adalah di tanggal 23 Februari 1942 ketika sebuah pesawat bomber Beaufort yang rusak karena pertempuran harus mendarat darurat ke laut di Semenanjung Norwegia dan kehilangan kontak, salah satu merpati pembawa pesan lepas dari kontainernya. Burung tersebut mampu terbang sejauh 129 mil (207,6 km) kembali ke pangkalan, tertutup minyak dari pesawat yang rusak dan berhasil mengirim pesannya. Hasilnya para kru dapat diselamatkan.

Kandang merpati milik Tentara Australlia
di Papua New Guinea pada PD II
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org
Tentara penerjun dibekali dengan
seekor merpati pada PD II
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

Pada tahun 1940, lebih dari 300 peti kayu berisi merpati didaratkan di beberapa daerah musuh di Eropa, dimana tiap burung dibekali sebuah kotak berisi makanan yang cukup untuk 10 hari. Instruksi dan kuisioner juga disisipi dalam kotak tersebut. Jika merpati ditemukan oleh tentara sekutu, informasi tentang pergerakan musuh bisa dimasukkan ke dalam kontainer yang terdapat di kaki burung dan burung tersebut kemudian dilepaskan untuk kembali ke kandangnya di Inggris. Diasumsikan bahwa sebanyak 16.544 ekor burung telah diterjunkan di lokasi peperangan di Eropa pada Perang Dunia II, tetapi hanya 1.842 ekor yang kembali. Walaupun begitu, informasi penting telah diperoleh lewat merpati-merpati tersebut, khususnya informasi yang berkaitan dengan posisi tepat dari tempat pesawat bomber V1 di Peenemunde, Jerman.

Kotak besi berisi merpati beserta instruksi
& kuisioner pada PD II
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

 Instruksi & kuisioner beserta alat tulis yang
disiapkan dalam kotak pada PD II
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

Kapsul berisi pesan pada PD II
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org
Merpati dengan kapsul berisi
pesan
 pada PD II
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

 Merpati juga digunakan secara luas saat Perang Dunia II untuk fotografi udara. Sebuah kamera miniatur otomatis  dipasang di dada merpati lewat sebuah harness kanvas dan mereka kemudia diterbangkan di atas area-area strategis penting untuk menangkap gambar. Ketika burung kembali ke kandang, kameranya kemudian dilepas dan filmnya dicetak. Hasilnya sering menunjukkan informasi penting krusial tentang pergerakan pasukan dan pangkalan-pangkalan udara musuh.

Merpati dengan kamera miniatur
otomatis 
pada PD II
Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

Jumlah hewan, termasuk burung, yang kehilangan nyawa saat Perang Dunia I dan II sangatlah besar. Jumlah kuda yang telah mati yaitu 8 juta sedangkan merpati yaitu ratusan ribu. Kebanyakan mereka terbunuh dengan luka yang mengerikan. Di tahun 2004 dibangun sebuah memorial besar untuk menghormati jasa semua hewan termasuk burung yang terbunuh selama peperangan di Hyde Park, London. Merpati dihormati dengan ditempatkan pada relief di dinding. Memorial besar lainnya untuk menghormati keberanian dan kepahlawanan merpati kemudian juga dibangun di Brussels, Belgia, Lille, Perancis Utara, dan Berlin-Spandau, Jerman.

Memorial yang dibangun untuk menghormati jasa para hewan
yang terbunuh dalam peperangan di Hyde Park, London, Inggris

Sumber : pigeoncontrolresourcecentre.org

 

Sumber :
pigeoncontrolresourcecentre.org , en.wikipedia.org/Lost_Battalion , en.wikipedia.org/Cher_Ami