Sistem pernafasan pada merpati dirancang sangat efisien untuk membantu saat terbang. Merpati dikenal sebagai hewan penerbang yang tangguh, mampu terbang pada kecepatan yang tinggi dan jarak yang jauh. Karena itu sistem pernafasannya sedemikian rupa mengatur pasokan oksigen terus-menerus dengan kadar yang tinggi yang diperlukan untuk menjaga kestabilannya saat terbang. Seperti halnya pada kita - mamalia, ketika kita melakukan aktifitas yang berat membutuhkan kadar oksigen yang tinggi untuk menghasilkan energi yang lebih besar.

Di sini akan dijelaskan secara garis besar saja mengenai sistem pernafasan pada merpati. Agar lebih mudah, kita akan bandingkan dengan sistem pernafasan kita, manusia.

Sistem Pernafasan pada Merpati
Sistem Pernafasan pada Manusia

 

 

 Jika diperhatikan, terdapat dua perbedaan besar antara sistem pernafasan pada merpati dan manusia. Pertama, keberadaan kantong udara (air sac) pada merpati yang tidak dimiliki oleh manusia. Selain itu alur udara pada merpati lebih sederhana trakea>bronchus>kapiler kecil udara dalam paru-paru, sedangkan pada manusia udara melalui trakea>bronchus>bronchiolus>alveolus. Itulah dua kelebihannya. Mari kita ulas apa alasannya.

Terdapat sembilan kantong udara pada merpati. Jika digabung maka ukurannya melebihi ukuran paru-paru sendiri. Beberapa diantaranya berfungsi saat terbang dan yang lainnya berfungsi saat istirahat/tidak terbang. Kantong-kantong udara berfungsi sangat vital pada saat terbang. Mereka menjaga pasokan udara pada paru-paru sehingga tidak ada ruang kosong udara di dalamnya. Karena itu energi yang dihasilkan untuk terbang tetap memadai. Selain itu, mereka berperan sebagai balon yang meningkatkan daya apung dan keseimbangan saat terbang. Fungsi lainnya yaitu mengatur keseimbangan suhu tubuh. Ketika terbang, organ tubuh merpati menjadi panas karena proses pembakaran untuk menghasilkan energi. Sebaliknya, suhu lingkungan di ketinggian yang dingin dapat menurunkan suhu tubuh merpati. Disinilah kerja kantong udara dibutuhkan untuk menyeimbangkan suhu tubuh dalam dua kondisi yang berlainan ini.

Masih saat terbang. Ketika di udara, kerja paru-paru harus efisien agar alur udara mengalir lebih cepat. Karena alur udara pada sistem pernafasan merpati lebih sederhana dibandingkan manusia, itulah mengapa mereka sangat tangguh saat terbang. Karena aliran oksigen lebih cepat, maka merpati mampu terbang dengan kecepatan tinggi dan dalam durasi yang panjang.

Sekarang kita ulas kekurangannya. Kita mempelajari pada pelajaran Biologi dulu bahwa di dalam paru-paru manusia banyak terdapat gelembung kantong udara yang sangat banyak bernama alveolus. Pada paru-paru merpati berbeda, tidak ada gelembung-gelembung alveolus dalam paru-paru mereka melainkan digantikan oleh kapiler-kapiler yang saling terhubung, kemudian keseluruhannya terhubung lagi ke kantung-kantung udara. Desain ini menguntungkan untuk meningkatkan efesiensi aliran udara. Letak kelemahannya adalah, desain ini memungkinkan paru-paru menjadi sangat rentan terserang penyakit, karena bakteri, virus, dan jamur yang menyerang sangat mudah menyebar ketika sudah masuk ke dalam sistem pernafasan. Bayangkan begini, ketika penyakit menyerang paru-paru manusia, gelembung-gelembung alveolus yang terjangkit akan menjadi pembatas karena mereka berbentuk terpisah-pisah berupa gelembung. Lain ketika penyakit menyerang paru-paru merpati,  mereka akan cepat sekali menyebar karena tidak ada sekat-sekat pemisah untuk memperlambat penyebarannya.

Dapat disimpulkan, organ pernafasan merpati adalah organ yang sangat vital sekaligus ringkih. Organ pernafasan yang baik membantu performa merpati saat lomba, di sisi lain kesehatannya memerlukan perhatian lebih. Penyakit yang menyerang organ pernafasan utamanya berkaitan dengan masalah kebersihan. Untuk itu, kebersihan kandang dan lingkungan perlu dijaga agar merpati kita tetap sehat.

Demikian sedikit ulasan mengenai sistem pernafasan merpati. Semoga dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk kita semua, salam.

Sumber :
www.merpati.org , www.notesonzoology.com , www.brainkart.com , www.ncbi.nlm.nih.gov